WASHINGTON D.C., Cakra101.com – Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Thomas Djiwandono menghadiri Dialog Strategis Tahunan Tertutup ASEAN – IMF: Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN dan Direktur Pelaksana IMF di Executive Board Room, Markas Besar IMF, Washington D.C. yang diselenggarakan pada Selasa (14/10/2025). Tema utama yang dibahas adalah “Integrasi ASEAN dalam Lanskap Perdagangan Global yang Berubah.”
Dalam pertemuan tersebut, IMF memberikan konteks mengenai tantangan dan potensi ASEAN. Meskipun dampak tarif AS terbaru pada Asia diperkirakan lebih kecil dari yang diantisipasi sebelumnya, tarif yang berbeda-beda dan aturan asal yang ketat mempersulit konfigurasi ulang rantai pasok.
IMF memaparkan bahwa meskipun total perdagangan barang dagangan ASEAN sangat terbuka, yakni sekitar USD3,9 triliun pada tahun 2023, perdagangan intra-ASEAN hanya merepresentasikan sekitar 22 persen dari total ekspor, jauh dibandingkan 60 persen di Uni Eropa (EU). Data tersebut menunjukkan bahwa perdagangan intra-ASEAN masih di bawah potensi dan perlu ada tindakan kolektif dalam menanggapi tekanan perdagangan eksternal. IMF memperkirakan bahwa jika ASEAN bergerak menuju praktik terbaik global dalam logistik dan tata kelola digital (GovTech), maka dapat meningkatkan ekspor hingga 10 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Dalam intervensinya, Wamenkeu Thomas menyampaikan apresiasi Indonesia terhadap pembaruan asesmen IMF dan menegaskan komitmen Indonesia untuk menjaga ketahanan ekonomi melalui reformasi domestik dan kerja sama regional yang lebih mendalam. Ketahanan ekonomi Indonesia didorong oleh permintaan domestik yang solid, investasi yang luas, dan ekspor yang sehat.
“Di tengah dinamika global, ekonomi Indonesia tetap tangguh dengan pertumbuhan sebesar 5,1 persen pada kuartal II-2025, dan kami memproyeksikan lintasan stabil naik menjadi 5,1 hingga 5,2 persen untuk tahun penuh,” ujar Wamenkeu Thomas.
Wamenkeu Thomas juga menjelaskan bahwa Indonesia mengerahkan kebijakan untuk tujuan percepatan pertumbuhan, termasuk penyuntikan likuiditas sebesar Rp200 triliun ke dalam sistem untuk meningkatkan kredit dan aktivitas ekonomi. Strategi fiskal Indonesia yang berpegang pada batas defisit 3 persen yang kredibel, berfokus pada stabilisasi melalui pendekatan countercyclical, mendorong pengeluaran yang efisien dan berkualitas, serta melindungi mata pencaharian dan bisnis melalui program dan insentif sosial yang tepat sasaran.
“Dengan menggabungkan reformasi nasional dengan kerja sama regional yang lebih mendalam, kita dapat mengubah tantangan global menjadi peluang untuk ASEAN yang lebih tangguh, terintegrasi, dan dinamis,” ujar Wamenkeu Thomas.
(MC101 – Biro KLI dep/al)